Sabtu, 19 Januari 2013

TIBA DI MANOKWARI

Saya tiba di Bandara Rendani, Manokwari Juli 2012 dengan Batavia Air. Kira2 pukul 9 pagi. Tidak ada yang menyambut karena memang tidak ada seorang pun yang saya kenal di sini. Saya saat itu hanya mengemban tugas, mencari ukontrakan untuk kantor dan mencari staf yang akan membantu saya nantinya.

Saya hirup udara pagi, segar, meskipun cuaca cukup berbeda dengan cuaca di Bandung. Agak panas, tapi tidak sepanas Jakarta. Di sini keringat tidak mengucur deras seperti kalau kita berada di ruang terbuka Jakarta. Di sini pun sepertinya masih bebas dari polusi, pabrik maupun kendaraan bermotor.

Boleh orang bilang saya bermodal nekad, meskipun saya pernah menginjak tanah papua. Tapi bukan di Manokwari, di Jayapura dan Sorong. Berita-berita negatif tentang situasi di sini tidak menyurutkan semangat saya. Saya percaya di setiap tempat, di mana pun, selalu ada kemudahan  jika niat kita memang baik. Itu benar terbukti.
Hanya berbekal nama hotel, saya sewa taksi.  Cukup dekat ternyata, tapi ongkos  tetap Rp 100 ribu. (Belakangan, saya tahu, kalau pakai ojek dari bandara, cuma Rp 20 ribu, jauh dekat). Hotel yang dipilih memang bukan bintang 5 yang  hanya ada dua Manokwari, tapi cukup bersih dan nyaman.

Seminggu pertama inilah yang mengasyikan. Baca iklan koran, cari kantor/rumah yang akan disewa dan  keliling-keliling pakai ojek.  Di situlah perjumpaan saya dimulai dengan banyak orang dari banyak suku yang ada di sini. Bugis, Makasar, Jawa, Batak,
Ambon, Menado, Toraja dan tentu saja Papua.  Manokwari yang multi etnis...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar