Jumat, 25 Januari 2013

BAHASA INDONESIA ALA PAPUA

“Dong pergi, tra bilang-bilang, padahal tong su tunggu lama sudah,” awalnya saya harus mencerna cukup lama saat mendengar kalimat ini. Kalimat yang diucapkan cukup jelas tapi tidak bisa segera saya mengerti.

“Keke pu mama” ketika saya lihat di daftar nama telepon selular kawan kantor saya di Manokwari. Apa pula itu?

Lama-lama saya mulai paham, meskipun menggunakan bahasa Indonesia, ada keunikan sendiri dalam penggunaanya, ada istilah-istilah lokal yang masuk dan menjadi bahasa sehari-hari plus struktur yang saya rasa agak kebalik-balik. Ya, itulah bahasa Indonesia ala Papua. “Dong pergi, tra bilang-bilang, padahal tong su tunggu lama sudah,” artinya mereka pergi tidak bilang dulu, padahal kita sudah menunggu cukup lama. “Keke pu mama” artinya ibunya Keke. Keke itu nama panggilan anak kesayangan kawan saya, sedangkan pu, singkatan dari kata punya, mama, ya ibu, emak atau umi.

Bahasa Indonesia di Papua memiliki posisi unik. Konon, dari ujung ke ujung pulau, hingga ke atas pegunungan, semua orang bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Anak-anak hingga nenek-nenek bisa berbahasa Indonesia. Bandingkan dengan di Jawa, atau Tatar Sunda. Agak jauh ke Ciwidey di Gunung Tilu Kabupaten Bandung, ibu-ibu yang diajak berbahasa Indonesia belum tentu bisa. Mengerti bisa, ngomong tidak. Bisanya ya, Basa Sunda, saya kira merata di seluruh Jawa Barat. Di Jawa juga begitu.
Mengapa bahasa Indonesia begitu menyebar di Papua? Ada yang bilang itu dipaksa. Dulu, kalau tidak berbahasa Indonesia, bisa kena pukul popor bedil. Ada pula yang bilang, faktor penyebaran gereja-gereja juga berperan. Bahasa pengantar di gereja itu  bahasa Indonesia, maka penduduk Papua yang rajin-rajin beribadah ke gereja lambat laun terbiasa dengan bahasa ini.

Tapi, saya melihat faktor banyaknya suku bangsa di Papua bisa jadi membuat bahasa Indonesia menjadi kuat penggunaannya. Menjadi lingua franca, bahasa pasar, bahasa gaul antar penutur yang berbeda-beda bahasa. Seperti bahasa melayu sebelum kemerdekaan. Data yang ada menyebut ada lebih dari 200 suku bangsa di tanah Papua, dan setiap suku mempunyai bahasa sendiri yang bisa jadi tidak dimengerti suku lain. Bahasa Indonesialah yang kemudian menjadi jembatan komunikasi di antara mereka. Bahkan bukan cuma itu, di Papua juga banyak pendatang dari berbagai suku di Indonesia. Toraja, Bugis, Makasar, Manado, Ambon, Timor, Jawa dan lainnya. Mereka berbahasa asli ketika bertemu sesamanya, tapi berbahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang lain. Itu saya alami sendiri.

Sebetulnya ada keunikan lain, seperti logat, dialek atau pengucapannya yang kadang sangat cepat. Ini cuma bisa didengar tidak bisa ditulis, tidak bisa dibaca. Selain tadi, kata-kata yang diserap dan disingkat. Sejejeran ini beberapa diantaranya: dong=dorang=dia orang: mereka; tong: kita; su: sudah; pu: punya; maytua: istri; paytua: suami; bapak ade: paman/adik ibu/bapak; bapak tua: kakak ibu/bapak, dan seterusnya. Bisa-bisa kalau diulik, mesti muncul kamus bahasa Indonesia Papua.

Tong su cape, istirahat dulu sudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar