Minggu, 20 Januari 2013

NASI CAMPUR LAUK IKAN

Hampir semua warung makan di Manokwari selalu menyediakan ikan sebagai teman nasi. Apa karena penduduknya suka makan ikan atau karena kemudahan mendapatkannya. Orang jualan ikan bahkan tidak hanya di pasar, di jalan-jalan sering saya jumpai orang menenteng ikan berjualan sambil berseru, “Ikan-ikan!”

Nah, berbeda dengan beberapa minggu terakhir, di warung-warung nasi, lauk ikan hampir tidak ada. “Kosong bang, kalaupun ada mahal,” kata pemilik warung. Alhasil penggemar ikan pun hanya bisa tersenyum kecut, seperti karib saya, Bung Loury sang penggemar ikan. Hal berbeda dengan lauk telor, daging dan ayam, masih tersedia dengan harga normal.

Selidik punya selidik, musim ombak yang menjadi biang kerok. Nelayan tidak berani melaut karena ombak besar. Dan itu bukan melulu di Manokwari, di hampir semua tempat di negeri ini, cuaca buruk membuat susah para nelayan. Saya baca itu terjadi di Batam, Tanggerang hingga Ternate.

Nah, tadi siang, pas makan di warung di Jalan Trikora Wosi, eh ada ikan. Loury senang sekali dan langsung pesan. Kalau saya sih seperti biasa tidak makan ikan, nasi campur dendeng sapi. Hanya setelahnya, ketika bayar agak kaget, harga nasi ikan justru lebih mahal dari nasi campur dendeng sapi. Nasi ikan yang biasanya Rp 10 ribu, sekarang Rp 16 ribu. Sementara nasi dengan dendeng sapi masih Rp 13 ribu per porsi. Duh sengsaranya penggemar ikan.

Bagi saya sendiri sih masih Alhamdulillah. Ada ikan no problem, tidak juga teu sawios da saya mah memang tidak suka ikan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar